Jakarta, MDNtimes.id - Universitas Mercu Buana (UMB) mengukuhkan lima guru besar. Mereka diantaranya, Prof. Rizki Briandana, M.Comm., Ph.D. (Ilmu Media dan Komunikasi), Prof. Dr. Herry Agung Prabowo, M.MSc., Ph.D., (Lean Manufacturing), Prof. Dr. Indra Siswanti, M.Si. (Ilmu Manajemen).
Sedangkan dari Ilmu Audit ada Prof. Dr. Ratna Mappanyukki, M.Si., dan Prof. Dr. Dewi Nusraningrum, M.Si. (Ilmu Manajemen). Pengukuhan 5 guru besar itu dilaksanakan dalam upacara yang digelar di Kampus Meruya, Jakarta Barat, Selasa (19/8/2025) kemarin.
Rektor UMB, Prof. Dr. Ir. Andi Adriansyah, M.Eng., menyampaikan, pengukuhan guru besar merupakan puncak akademik, tetapi bukan akhir perjalanan, melainkan awal tanggung jawab yang lebih besar bagi ilmu pengetahuan, masyarakat, dan bangsa.
Menurut Prof. Dr. Ir . Andi, Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, keberlanjutan sumber daya, dan kesenjangan sosial, peran guru besar dituntut melampaui batas ruang kuliah. Guru besar harus menjadi mercu suar bagi masyarakat, penunjuk arah bagi generasi penerus, sekaligus penggerak perubahan sosial.
“Cahaya ilmu pengetahuan tidak boleh berhenti di menara gading, tetapi harus memberi manfaat nyata bagi kehidupan,” ujarnya.
Prof. Dr. Ir . Andi, berpesan, karya para guru besar tidak boleh berhenti di jurnal akademik, melainkan harus menembus batas kampus.
“Dengan begitu, kontribusi kita bukan hanya pada pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada upaya menjaga bumi, memperkuat bangsa, dan membangun masa depan yang lebih baik,” jelasnya.
Baca Juga:
Ditempat yang sama, Prof. Rizki Briandana, M.Comm., Ph.D. menyampaikan orasi bertajuk Reimagining the Nation Etnografi Komunikasi dan Network id Nasionalisme untuk keberlanjutan ruang batas indonesia. Ia menekankan pentingnya membayangkan ulang identitas kebangsaan di tengah disrupsi digital.
“Bangsa ini tidak hanya hidup dalam dokumen resmi atau peta, melainkan dalam percakapan, cerita, dan ruang komunikasi yang kita bangun bersama. Itulah api imajinasi bangsa yang harus terus dijaga,” kata Rizki.
Adapun Prof. Dr. Herry Agung Prabowo, M.MSc., Ph.D. mengingatkan ancaman krisis iklim, kelangkaan energi, dan keselamatan transportasi dalam orasi berjudul Hexaple Bottom Line.
“Jika tidak dikendalikan, kenaikan suhu bumi lebih dari 2°C akan membuat planet ini tidak lagi layak huni. Karena itu, keberlanjutan harus ditempatkan sebagai tujuan utama pembangunan,” ujar Herry.
Sementara dari bidang manajemen, Prof. Dr. Indra Siswanti, M.Si. menawarkan paradigma baru keberlanjutan bank syariah melalui Hexaple Bottom Line (HBL).
“HBL menambahkan dimensi Partnership. Kolaborasi multipihak menjadi kunci keberlanjutan bank syariah sekaligus mendukung tujuan pembangunan global,” kata Indra.
Sedangkan Prof. Dr. Ratna Mappanyukki, M.Si. menekankan urgensi transparansi akuntansi dalam menjaga kepercayaan publik.
“Audit bukan sekadar proses administratif, tetapi instrumen etika untuk memastikan tata kelola yang adil dan akuntabel,” ujarnya.
Di sisi lain, Prof. Dr. Dewi Nusraningrum, M.Si. menyoroti kepemimpinan perempuan dalam manajemen modern.
“Keberagaman, khususnya kepemimpinan perempuan, bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan agar organisasi mampu adaptif menghadapi perubahan,” kata Dewi.
Upacara pengukuhan turut dihadiri Ketua LLDIKTI III, Dr. Henri Togar Hasiholan Tambunan, pengurus Yayasan Menara Bhakti, senat, serta sivitas akademika UMB.