Puasa Peneguhan Akidah Mu'min

Prof. Dr. Muhammad Said, MAg

OPINI
Oleh: Prof. Dr. Muhammad Said, MAg

NASIONAL, MDNtimes.id - Puasa adalah kewajiban tahunan (fardhu zaman). Yang diseru untuk berpuasa adalah mu’min sebagaimana ketarangan al-Qur’an Surat 2:183. Puasa telah menjadi tradisi yang diwajibkan kepada umat-umat manusia terdahulu dan mereka yang berada di akhir zaman. Puasa Ramadhan (siyamu ramadhani) instrumen mewujudkan isi perjanjian (aqidah [QS.7:172]) berupa: (a) pengakuan diri dari Tuhan; (b) diciptakan mengabdi kepada Tuhan; (c) Komitmen dalam melaksanakan mandat Tuhan; (d) pengakuan bahwa ruh sebagai diri sebenar diri datang dari Tuhan (d) manusia eksistensi di permukaan bumi bersifat temporer. Misi eksistensial Mu’min adalah beribadah dan berlomba mengukir karya terbaik (fastabiq al khairat), serta Tuhan menguji siapa yang terbaik di antara manusia (ayyukum akhasanu amala). 

Setelah masa kontrak misi berakhir, ajalpun tiba sehingga amanat Tuhan tersimpan di dalam dada manusia (ruh) berakhir pula tugasnya, yaitu memancarkan kekuatan pada panca indera manusia sehingga panca indera yang lima berfungsi melihat, mendengar, mencium, berbicara dan merasa (QS. 32:9). Tatkala kembali kepadaNya, mereka yang mengaktualisasi misi eksistensialnya dengan baik dijanjikan menghuni rumah damai (dar al salam), dibebaskan dari azab dan mendapat rahmat, dan disiapkan syurga seluas langit dan bumi (QS.3:133). 
Hadits mengatakan “Rajab Syahrullahi, Sya’ban syahriy, wa ramadhan syahru ummatiy” Rajab itu bulan Allah, Sya’ban bulanku (Muhammad) dan Ramadhan bulan ummatku (Muhammad). Perhatian kita tertujua pada siapa umat Muhammad sesungguhnya? dan mengapa Ramadhan dikatakan bulan umat Muhammad?. Umat Muhammad sesungguhnya adaah mu’min wujudnya adalah cahaya yaitu ruh yang sebelum ditiup ke dalam dada manusia memberikan kesaksian yaitu percaya (iman/Mu’min) bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu adalah Tuhannya. Mukmin itu nama lain dari ruh, nama lainnya lagi adalah kitab, dan nur (cahaya) QS. 42:52. 

Yang merasa gembira dengan masuknya Ramadhan itu adalah Mukmin, Ia diharamkan dari api neraka. Apabila ramadhan datang, pintu syurga dibuka, pintu neraka ditutup dan syetan dibelenggu. Melalui Ramadhan Mukmin melatih dirinya mempuasakan hawa dan nafsu, dengan memaksimalkan ibadah mahdah seperti sholat, menunaikan zakat, puasa ramadhan dan ibadah-ibadah sunah (nawafil) (ghairu mahdah). Mu’min berjuang membuka pintu syurga bagi dirinya. Setiap ibadah dilakukan Mu’min memiliki nilai plus sangat tinggi, menurut hadits, 10 hingga 700 kali nilai kebajikan”. Bahkan ibadah pada suatu malam dinilai lebih baik dari seribu bulan (alfi syahr). 

Nyatalah bahwa yang mulia itu bukan bulan ramadhan, tetapi Mukmin yang memaksimalkan ibadah di dalamnya itu yang dimuliakan, dibakar dosa-dosanya, dicintai, diberi kasih sayang, dan diampuni (magfirah) Allah karena ikut Muhammad saw (QS. 3:31) sehingga pintu neraka tertutup baginya. Adapun syetan terbelenggu artinya, mukmin melatih membebaskan dirinya dari perkataan, dan perbuatan serta membelenggu syetan selama satu bulan. Syetan mau dibelenggu itu mesti diketahui hakekatnya agar bisa membelenggunya. Mengacu pada Surat Asy Syuara ayat 221-226 syetan itu turun adalah mereka; (1) pendusta yang berdosa; (2) suka memperdengarkan telinganya pada berita dusta; (3) berjalan dari satu tempat ke tempat lain untuk menyebar dusta; (4) memperkatakan apa yang mereka tidak perbuat. 



Prof. Dr. Muhammad Said, MAg

Alumni Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) 23 Tahun 2021 Lemhannas RI.

#Ramadhan #Nasional # Puasa # Prof Muhammad Said #Opini

Previous Post Next Post