Prof. Dr. Muhammad Said. MAg, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta & Kelompok Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). |
Radikalisme adalah mazhab (aliran) yang mendorong perubahan sosial, ekonomi, atau politik secara ekstrem dan revolusioner. Radikalisme tidak selalu berarti kekerasan, namun radikalsime dapat mengarah pada tindakan ekstremis. Radikalisme cenderung rigid, percaya pada perubahan besar, dan menolak status quo. Berbeda dari itu, terorisme mengarah pada pencapaian tujuan politik, ideologis dan religius tertentu dengan menggunakan ancaman kekerasan baik secara individual mupun kelompok.
Terorisme merupakan msuh kemanusiaan yang acapkali menimbulkan ketakutan, dan trauma di kalangan masyarakat, menimbulkan distabilitas sosial dan ancaman bagi stabilitas negara. Tercipatnya polarisasi masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan (binnary opposition) selain dapat menghambat pembangunan, merusak institusi demokrasi, terorisme juga menyebabkan cedera dan kematian.
Perayaan hari kebangkitan nasional menjadi momen strategis yang mengajarkan kita pelajaran sejarah yang sangat berarti dalam beberapa hal. Pertama, meneguhkan kembali nilai-nilai kebangsaan (Nasionalisme) yang sudah mulai luntur oleh perubahan zaman.
Kedua, membangun kesadaran individual dan kolektif tentang pentingnya menjaga persatuan dan Kesatuan sebagai syarat mengokohkan keutuhan dan memajukan bangsa Indonesia. Ketiga, persatuan dan kesatuan meniscayakan keterbukaan kita dalam menerima perbedaan pluralitas suku, agama, dan budaya sebagai by design Tuhan. keempat, mengokohkan rasa cinta tanah air, dan menggali nilai historistas semangat perjuangan para pahlawan meraih kemerdekaan.
Perayaan hari kebangkitan nasional juga menumbuhkan kesadaran pentingnya peningkatan kualitas diri melalui pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat (long-life education), ketrampilan vokasi sebagai modal ekonomi untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi, dan peningkatan inovasi dan pembaruan di era digital, serta peningkatan semangat gotong royong dalam membangun solidaritas sosial dan keberanian mengatakan “no" terhadap tawaran ideologi radikal dan teroris.
Dengan mereaktualisasi beberapa pelajaran penting yang terkandung dalam perayaan hari kebangkitan nasional diharapkan dapat meningkatkan semangat nasionalisme yang terus tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Momen hari kebangkitan nasional juga mengajarkan kita menjadikan perayaan hari kebangkitan nasional sebagai media untuk memberi inspirasi kepada perempuan, remaja dan pemuda. Mereka memiliki peran sangat signifikan dalam pembangunan bangsa dan negara. Perempuan adalah tiang negara. Jatuh dan bangunya negara tidak lepas dari peran strategis perempuan.
Remaja dan pemuda adalah dua elemen bangsa yang menjadi estafet pemimpin masa depan. Sebagai penentu jatuh bangunya bangsa, dan pemegang kendali masa depan, perempuan, remaja dan pemuda harus dijauhkan dari target kelompok radikal dan teroris. Mereka dibekali pengetahuan agar mengetahui, mengenali, memahami, meyakini, mengamalkan, mengambil sikap tegas untuk menolak ideologi kekerasan serta memperjuangkan nilai-nilai nasionalisme sebagai modal melanjutkan perjuangan founding fathers membangun Indonesia yang lebih baik.
Beberapa strategi dipertimbangkan untuk merevitalisasi semangat kebangkitan nasional dalam mencegah radikalisme dan terosime. Pertama, meningkatkan kesadaran masyarakat umum tentang nilai-nilai nasionalisme sebagai modal sosial sangat penting untuk memperkuat persatuan dan kesatuan dan menolak ideologi non-Pancasila. Kedua, memenuhi mandat konstitusi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mempersempit dan bahkan menutup jalan bagi radikalisme dan gerakan terorisme.
Ketidakadilan sosial memungkinkan kelompok lemah mudah terpapar ideologi radikal karena merasa terabaikan atau menjadi korban sistem politik yang tidak adil. Sehingga, mereka menerima radikalisme dan terorisme sebagai cara mengekspresikan ketidakpuasan, dan melakukan balas dendam atas ketidakadilan. Ketiga, kampanye penentangan radikalisme dan teorisme terhadap kelompok rentan terpapar ideologi radikal yaitu perempuan, remaja, dan anak-anak. Kampanye telah berlangsung dalam berbagai bentuk dilaksanakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), namun demikian perlu ditingkatkan agar terjadi disseminasi pengetahuan tentang radikalisme dan terorisme secara lebih luas.
Beberapa kegiatan dilakukan di antaranya dengan menggiatkan sekolah damai, kampus damai, workshop yang dapat meningkatkan skill Perempuan, remaja dan anak secara produktif. Para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan eksponen lain perlu dilibatkan menjadi trainers dengan terlebih dahulu dibekali progran training of trainers sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif melakukan literasi dan edukasi publik ancaman radikalisme dan terorisme secara luas.
Pemerintah dapat menfasilitasi mereka berkampanye anti radikalisme dan terorisme untuk mendisseminasi pengetahuan, memberi pemahaman kepada public bahwa radikalisme dan terorisme adalah musuh semua agama, dan musuh kemanusiaan yang harus dijauhi. Hal tak kalah penting dari kampanye adalah menumbuhkan keyakinan dan sikap penentangan public terhadap ideologi radikal dan teror, dan meningkatkan rasa memiliki dan mencintai Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Opini Oleh: Prof. Dr. Muhammad Said. MAg,
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta & Kelompok Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).